Post Page Advertisement [Top]

“Manusia terlalu asyik bermain-main di atas lantai yang dibangun oleh egonya sendiri dan dilapisi oleh gemerlap duniawi, namun lupa untuk mencari parameter yang bisa mengukur kedalaman spiritualitas, esensi dari kehidupan itu sendiri.”

Sadhana, Service & Sacrifice...tiga kata yang seringkali muncul dalam kesadaran otak kanan saya, kata itu berulang silih berganti bergerak dalam irama yang tidak beraturan seperti air hujan yang jatuh menyentuh bumi. Namun terkadang sejenak ketika pikiran saya terkoneksi dengan kedalamannya, 3 kata itu bergerak membentuk ritme yang berpola, yang seolah-olah membawa pesan penting, bahasa tingkat tinggi yang hanya dapat dipahami oleh kesadaran yang melampaui imajinasi, Kesadaran Agung. Lalu pikiran menemukan kualitasnya, tidak lagi bermain di ranah logika dan imajinasi, namun seperti sebilah pisau tajam pikiran mampu merobek batasan-batasan yang diciptakan oleh kesadaran yang lebih rendah. Kemudian munculah pemahaman baru tentang 3 kata tadi, Sadhana Service dan Sacfifice. Ibarat alunan music classic yang susah dicerna oleh pendengar awam namun ketika menyentuh targetnya, yaitu pendengar yang sesuai maka tubuh si penikmat musik akan mulai bergerak, tak terkedali seperti memasuki keadaan trance, menemukan keselaransannya dengan music itu. Itulah kesatuan.
Dalam ritme kehidupan yang terlihat serba random dan tidak teratur ini kita semestinya belajar untuk menemukan polanya agar terhindar dari jebakan yang dibuat oleh pikiran sendiri. Banyak sudah sastra yang berbasis yoga dan spiritual mengupas pentingnya pengendalian pikiran, namun secara umum manusia gagal untuk menemukan formulanya, gagal menyentuh kedalamannya. Manusia terlalu asyik bermain-main di atas lantai yang dibangun oleh egonya sendiri dan dilapisi oleh gemerlap duniawi, namun lupa untuk mencari parameter yang bisa mengukur kedalaman spiritualitas, esensi dari kehidupan itu sendiri. Terlalu suka bermain dengan kata-kata namun melupakan makna yang tersirat pada kata itu. Kita terlalu berlebihan untuk memberikan pujian pada yang semu yang terlihat WOW namun lupa bahwa pada yang terlihat "biasa-biasa saja" justru terkandung kualitas yang berlimpah.
Sadhana secara singkat bisa diartikan meditasi, suatu aksi pendekatan yang intens kepada Entitas Yang Maha Tinggi. Service adalah pelayanan yang kita berikan kepada Semesta termasuk juga kehidupan didalamnya. Dan Sacrifice adalah pengorbanan. Kalimat ini diperkenalkan oleh Guru saya, Shrii Shrii Anandamurti. Kalau dijabarkan maka penjelasan ini bisa panjang, namun saya mencoba mengupas berdasarkan pemahaman dan pengalaman saya pribadi. Pengorbanan itu mutlak diperlukan untuk menjaga keseimbangan Sadhana anda. Pengorbanan yang baik adalah pengorbanan yang sesuai dengan yang dimaksud oleh kitab-kitab suci, yaitu pengorbanan yang berdasarkan pemahaman yang jelas dan dalam tentang spiritualitas, tentang tujuan hidup kita. Ukurannya adalah hati nurani. Namun sebagai pelaku yoga maka jelaslah tidak diperbolehkan mengorbankan sesuatu untuk tujuan yang melawan prinsip spiritual. Dari penjelasan ini maka tidaklah relevan mengukur kedalaman pengorbanan seseorang hanya dengan jumlah materi yang diberikan, atau hanya diukur oleh durasi waktu yang diberikan seseorang sebagai bentuk pengorbanannya itu. Contoh kecil saja, pada satu kondisi dimana ada seorang mahasiswa tidak mampu untuk menyusun skripsi dan sudah hampir menyerah, lalu datang seseorang teman yang pintar dan baik hati dan membantu menyelesaikan skripsinya dan akhirnya mahasiswa itu lolos dari jebakan drop out. Pengorbanan yang diberikan oleh temannya itu mungkin tidak seberapa tapi hasilnya adalah luar biasa, dia mungkin saja sedang menyelamatkan seseorang dari keputusasaan, yang bisa berarti maut. Disini materi atau uang tidaklah bisa mengukur kedalaman arti pengorbanan itu, tapi intelek atau pikiran berperan banyak. Lalu ada lagi contoh peristiwa, dimana ada sekelompok pemuda memakai sepeda motor ugal-ugalan sedang mengeroyok seorang bapak tua renta yang sedang berada di dalam mobilnya. Ini karena bapak tadi secara tidak sengaja menyerempet salah satu pemuda tadi, namun karena dia sudah tua maka dia tidak tahu kalau dia sudah menyerempet motor salah satu pemuda tadi. Disaat bapak tadi dihadang dan dipukuli dari luar mobil sampai kacanya pecah dan dia tidak bisa berbuat apa-apa maka satu pemuda lain yang meyaksikan kejadian itu lalu turun dan melerai, bahkan sampai hampir beradu otot untuk menyelamatkan bapak tadi. Itu adalah contoh pengorbanan yang terjadi pada saat yang sangat tepat, sehingga petaka bisa dihindari.
Banyak hal yang bisa kita pelajari dari kehidupan ini. Semangat Sacrifice atau berkorban janganlah pernah padam hanya karena kita merasa tidak memiliki apa-apa untuk dikorbankan. Ingatlah bahwa Tuhan adalah Maha Adil. Tidak mungkin kita dilahirkan tanpa kemampuan khusus. Hanya tinggal kita harus pandai menggunakan pada saat yang tepat, pada orang yang tepat dan pada situasi yang pas. Hal yang terlihat kecil dan remeh bisa jadi adalah hal yang sangat besar bagi orang lain. Bisikan nasehat anda yang lembut saat kelas yoga private bisa jadi berarti teriakan yang lantang yang bisa menyadarkan seseorang dari kesalahan-kesalahan yang dia lakukan dalam hidupnya. Sentuhan tangan seorang ayah yang lembut di kening anaknya sebelum dia tidur bisa jadi menjadi sumber inspirasi di kemudian hari bagi anaknya untuk menyayangi sesama secara lebih luas. Ingat, perhatian kecil pada saat yang tepat bisa membawa perubahan yang besar bagi hidup orang lain. Maka janganlah pernah berhenti untuk melakukan pelayanan (Service) dan juga pengorbanan (sacrifice) kepada orang-orang yang pernah anda jumpai. Kecil bisa jadi besar dan bahkan mungkin itu adalah salah satu alasan anda dilahirkan, ada di dunia ini (karma). Setelah satu peristiwa terlewati mungkin saja tugas anda telah selesai. Let it flow... Lakukan saja tugas Anda dengan cinta kasih yang dalam. Biarkan Dia yang memberikan nilainya. Sujud, Na’ma’ska’r

No comments:

Bottom Ad [Post Page]