Post Page Advertisement [Top]



Catatan Workshop : Recreate Your Inner Space : Minggu, 29 Agustus 2021
ditulis oleh Made Agus Wirayasa

Hidup ini memang sengaja dibuat “tidak pasti” agar kita selalu berjuang. Tidak juga semuanya dibuat buruk, agar kita tetap ingin melanjutkan hidup ini. Banyak cerita… sedih, takut, bahagia…  tapi entah kenapa kita seolah sangat terlatih untuk mengingat dan bahkan memendam rasa takut. Apakah ketakutan adalah produk unggulan dari peradaban manusia? Karena satu ketakutan mampu memudarkan seribu kabahagiaan, yuk mari kita atasi.

Saya punya cerita menarik ketika saya mau divaksin covid. Cerita sedikit tentang latar belakang saya, waktu kecil entah kenapa saya sangat takut disuntik. Waktupun berjalan dan semakin banyak hal yang menakutkan yang saya alami, saya hadapi…lama-lama saya jadi terbiasa juga. Seperti ada semacam kekuatan yang selalu mendorong saya untuk menjawab “yes” pada sebuah tantangan, bukan lari! Kekuatan itu yang kemudian saya sebut “blessing”. 

Nah kembali lagi ke jarum suntik, saat mau disuntik vaksin, dengan segenap kemampuan saya mencoba untuk mengontrol diri, dan saya hadapi. Secara umum sebenarnya sih nggak ada masalah. Logika mengatakan, jarum suntik itu kecil dan nggak sakit, karena saya terbiasa ditattoo yang tentunya sampai berdarah. Tapi kenyataannya? saat diukur tekanan darah sebelum disuntik, tensi saya meningkat tajam. Kesimpulannya? Saya tegang! 



Itu adalah cerita beberapa hari yang lalu. Apa yang saya pelajari dari cerita di atas? Kita menyimpan memori lama yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pikiran kita, dan bahkan berpengaruh langsung pada kinerja organ tubuh kita. Untuk mengatasi itu ada 2 pilihan, menolaknya dan menganggap hal itu adalah sebuah kelemahan, atau menerimanya sebagai bagian dari diri kita. Semua pilihan mempunyai konsekuensinya masing masing.


Menolak hal yang kita anggap buruk bagi sebagian orang akan terasa nyaman. "Hide and deny" itu mengasikkan selama kita masih suka berlindung dibalik kecerdasan. Semua hal bisa dicari alasannya. Tapi ketika kita harus membenturkan diri pada “tembok kejujuran” semua bantahan akan menjadi sia - sia. Karena yang mampu menjawabnya adalah “Rasa.”


Menerima sebuah kelemahan berarti kita melepaskan peluang untuk menjadi sempurna. Tetapi apakah dengan menerima ketakutan itu berarti menyuburkannya? Tidak. Dengan menerima semua emosi yang mengalir dalam tubuh - pikiran - mental maka kita mengakui keterbatasan kita sebagai manusia. Dengan begitu kita mulai mencari celah untuk berbenah.z


Meskipun masa lalu selalu berusaha menarik kita ke belakang, namun pemahaman akan “saat ini” adalah sebuah kebijaksanaan. Lepaskan ego dan mulailah dengan sebuah perjalanan baru. Penuh asa dan penuh cinta…  Galilah dan temukan jawabnya di dalam hatimu. Recreate Your Inner Space. 


Terima kasih atas cinta yang berlimpah dan kemesraan kita hari ini. Sampai jumpa pada workshop kami berikutnya. 

Semesta memberkati, Na’ma’ska’r.
https://linktr.ee/yinyogaworld








No comments:

Bottom Ad [Post Page]